Memahami orang lain (external representation) itu dimulai dengan memahami diri sendiri (internal representation). Ketika Anda berkomunikasi bertindak sebagai sender of information, maka kesadaran (awareness) diri sebelum sebuah pesan dikirimkan menjadi sangat penting. Kesadaran menjadi tolok ukur sebuah pesan dapat dikenali oleh receiver atau kawan bicara sebagai pesan yang bermanfaat dan tentunya mengandung feedback yang seimbang atau bahkan jauh lebih bermakna.
Tidak masalah seberapa penting sebuah informasi yang akan kita sampaikan. Bila pesan yang terkandung sesuatu yang sangat penting dan berhubungan dengan kualitas sebuah hubungan (relationship),maka menarik menyimak note Bapak Ronny F Ronodirjo, Pakar NLP ternama di Indonesia, Mengukur Keberhasilan Berkomunikasi, bahwa keberhasilan berkomunikasi itu adalah dengan mengenali model dunia orang lain. Salah satu jurus dalam keilmuan Neuro Linguistic Programming (NLP)yang sangat ampuh dalam praktek berkomunikasi adalah rapport. Didalamnya terdapat beberapa teknik seperti pre-induction, atau dapat diartikan sebagai hantaran kata pembuka sebuah pembicaraan. Kemudian ada juga teknik pacing, leading, mirroring, bagi pembelajar yang sudah mengikuti training dan pelatihan NLP tentunya sudah sangat akrab dengan istilah tersebut.Terjadinya “salah paham” atau miskomunikasi lebih disebabkan karena si pengirim pesan belum sepenuhnya memahami model dunia berpikir orang yang menerima pesan. Akibatnya yang terjadi adalah respon yang berbeda dari yang diinginkan.
Salah satu presupposition dalam NLP menyebutkan The meaning of the communication is the response you get. Makna komunikasi (diukur dari) respons yang Anda dapatkan. Bayangkan bila yang menerima pesan sedang berada di dekat jembatan, dalam keadaan frustasi, galau,dan tanpa basa basi atau “hantaran kata”, pilihan kata dan intonasi suara yang tidak congruen, kemudian Anda menginformasikan berita “duka” yang semakin membuatnya "tersiksa" secara psikis. Moga aja nggak sampai"loncat" ke bawah jembatan, kalau memang itu "terjadi",atau receiver dalam kondisi uncontrol of behavior, berita tersebut semakin mengarahkannya melakukan perbuatan “nekat”. Trus siapa dongprovokatornya ??? Apapun alasannya Anda memiliki saham di dalamnya.
Ketika belajar di Pondok Pesantren dahulu, saya pernah mendengar sebuah ungkapan dari Guru saya: ath-thariiqah ahammun minal maddah. Artinya, metode itu lebih penting dari pada isi. Dalam perspektif lain, bukan APA yang Anda sampaikan, tapi BAGAIMANA Anda menyampaikannya. Setiap orang memiliki keunikan dalam karakterdirinya, menghargai nilai keunikan dalam setiap pilihan prilaku menjadi sebuah tuntutandalam sebuah relationship. Apakah itu di kantor antara atasan dan bawahan, suami dengan isteri, orang tua dengan anak, guru dengan siswa,muballigh dengan jamaahnya dan sebagainya.
Ketika sebuah pesan dimaknai secara berbeda, maka tugas selanjutnya dari si “pengirim pesan” adalah membantu secara maksimal agar pesan tersebut “dipahami” secara benar. Membantu disini bermakna bahwa si penerima pesan secara baik memahami maksud secara tersurat, tersirat dan tersuruk dari si pengirim pesan. Secara tersurat pesan itu bisa dilihat, tersirat bisa disimak dan terdengar makna dibalik pesan, tersuruk bisa diresapi, dihayati, dipahami.
Semoga setiap kita selalu introspeksi diri, terutama diri saya secara pribadi, Sahabat pembaca yang budiman, sehingga ikatan persaudaraan dalam tali silaturahmi yang kuat tetap terjalin, Baik kita saling mengenal atau bukan, media facebook ini adalah sarana komunikasi yang bisa kita manfaatkan untuk saling berbagi, belajar dan kembali berbagi untuk sesama. Tulisan berikutnya TUHAN SANG MAHA-KOMUNIKATOR, ditunggu aja ya.....Selamat menikmati indahnya nikmat Tuhan di hari ini, smoga berkemlimpahan dalam rezki dan kesuksesan. Amiin …..
Mediya Putra
Trainer, Terapis, Mediator
Komunikasi Hati Inst
082174335633
5312E2EB