Rabu, 05 Agustus 2015

BERKOMUNIKASI: Belajar Memahami Diri Sendiri dan Orang Lain






Memahami orang lain (external representation) itu dimulai dengan memahami  diri sendiri (internal representation). Ketika Anda berkomunikasi bertindak sebagai sender of information, maka kesadaran (awareness) diri sebelum sebuah pesan dikirimkan menjadi sangat penting. Kesadaran menjadi tolok ukur sebuah pesan dapat dikenali oleh receiver atau kawan bicara sebagai pesan yang bermanfaat dan tentunya mengandung feedback yang seimbang atau bahkan jauh lebih bermakna.

Tidak masalah seberapa penting sebuah informasi yang akan kita sampaikan. Bila pesan yang terkandung sesuatu yang sangat penting dan berhubungan dengan kualitas sebuah hubungan (relationship),maka menarik menyimak note Bapak Ronny F Ronodirjo, Pakar NLP ternama di Indonesia, Mengukur Keberhasilan Berkomunikasi, bahwa keberhasilan berkomunikasi itu adalah dengan mengenali model dunia orang lain. Salah satu jurus dalam keilmuan Neuro Linguistic Programming (NLP)yang sangat ampuh dalam praktek berkomunikasi adalah rapport. Didalamnya terdapat beberapa teknik seperti pre-induction, atau dapat diartikan sebagai hantaran kata pembuka sebuah pembicaraan. Kemudian ada juga teknik pacing, leading, mirroring, bagi pembelajar yang sudah mengikuti training dan pelatihan NLP tentunya sudah sangat akrab dengan istilah tersebut.Terjadinya “salah paham” atau miskomunikasi lebih disebabkan karena si pengirim pesan belum sepenuhnya memahami model dunia berpikir orang yang menerima pesan. Akibatnya yang terjadi adalah respon yang berbeda dari yang diinginkan.

Salah satu presupposition dalam NLP menyebutkan The meaning of the communication is the response you get. Makna komunikasi (diukur dari) respons yang Anda dapatkan. Bayangkan bila yang menerima pesan sedang berada di dekat jembatan, dalam keadaan frustasi, galau,dan tanpa basa basi atau “hantaran kata”, pilihan kata dan intonasi suara yang tidak congruen, kemudian Anda menginformasikan berita “duka” yang semakin membuatnya "tersiksa" secara psikis. Moga aja nggak sampai"loncat" ke bawah jembatan, kalau memang itu "terjadi",atau receiver dalam kondisi uncontrol of behavior, berita tersebut semakin mengarahkannya melakukan perbuatan “nekat”. Trus siapa dongprovokatornya ??? Apapun alasannya Anda memiliki saham di dalamnya.  

Ketika belajar di Pondok Pesantren dahulu, saya pernah mendengar sebuah ungkapan dari Guru saya: ath-thariiqah ahammun minal maddah. Artinya, metode itu lebih penting dari pada isi. Dalam perspektif lain, bukan APA yang Anda sampaikan, tapi BAGAIMANA Anda menyampaikannya. Setiap orang memiliki keunikan dalam karakterdirinya, menghargai nilai  keunikan dalam setiap pilihan prilaku menjadi sebuah tuntutandalam sebuah relationship. Apakah itu di kantor antara atasan dan bawahan, suami dengan isteri, orang tua dengan anak, guru dengan siswa,muballigh dengan jamaahnya dan sebagainya.

Ketika sebuah pesan dimaknai secara berbeda, maka tugas selanjutnya dari si “pengirim pesan” adalah membantu secara maksimal agar pesan tersebut “dipahami” secara benar. Membantu disini bermakna bahwa si penerima pesan secara baik memahami maksud secara tersurat, tersirat dan tersuruk dari si pengirim pesan. Secara tersurat pesan itu bisa dilihat, tersirat bisa disimak dan terdengar makna dibalik pesan, tersuruk bisa diresapi, dihayati, dipahami.

Semoga setiap kita selalu introspeksi diri, terutama diri saya secara pribadi, Sahabat pembaca yang budiman, sehingga ikatan persaudaraan dalam tali silaturahmi yang kuat tetap terjalin, Baik kita saling mengenal atau bukan, media facebook  ini adalah sarana komunikasi yang bisa kita manfaatkan untuk saling berbagi, belajar dan kembali berbagi untuk sesama. Tulisan berikutnya TUHAN SANG MAHA-KOMUNIKATOR, ditunggu aja ya.....Selamat menikmati indahnya nikmat Tuhan di hari ini, smoga berkemlimpahan dalam rezki dan kesuksesan. Amiin …..


Mediya Putra
Trainer, Terapis, Mediator
Komunikasi Hati Inst
082174335633
5312E2EB

Minggu, 02 Agustus 2015

MAN ANA / WHO AM I (Ngaji Diri Yuk)



Assalamu'alaikum wrwb,
Sahabat Pembaca yang berbahagia.......
Izinkan saya berbagi tentang sebuah kondisi dalam diri kita yang sebenarnya sangat jarang disadari, tapi baru teringat disaat melihat orang lain mengalaminya. Kali ini note saya bercerita tentang  seorang Bapak yang secara berkala sering membantu tugas Polisi di sebuah jembatan yang kebetulan sedang diperbaiki. Jembatan itu dikenal dengan "Jembatan Batang Toman" yang terletak di Kota Simpang Empat Kab. Pasaman Barat Prop. Sumbar, tempat saya dulu bertugas di sebuah Instansi Pemerintah. Jembatan tersebut rusak akibat abrasi sungai Batang Toman yang mengalir dari Gunung Talamau.

O ya .....Saya kembali ke Bapak yang saya ceritakan sebelumnya. Sebut saja nama beliau Pak R (nama asli dirahasiakan), Beliau setiap pagi sampai sore dengan "penuh percaya diri" membantu Polisi mengatur mobil untuk melewati jembatan darurat tersebut. Sekilas tidak ada yang ganjil dengan beliau, bahkan bagi yang belum kenal  mungkin  tidak percaya bahwa beliau sebenarnya adalah polisi palsu alias polisi dadakan. Hal tersebut wajar karena ketelatenan beliau dihargai dengan seperangkat pakaian lengkap layaknya polisi beneran oleh pihak Kapolres setempat, yah tentunya hadiah dari ketelatenan tersebut, dan ini harus dibedakan dengan orang lain yang sengaja berpakaian polisi tapi dengan niat kriminal atau polisi nyasar....hehe....

Tahukah sahabat siapa beliau? Ya gimana bisa tahu kalau ceritanya belum lengkap toh, hehe. Oke... lanjuuut. Bapak R, di kalangan masyarakat sekitar dikenal sebagai orang yang (baca dalam tanda kutip) bermasalah mental atau "kurang waras" atau dalam bahasa minangnya "lah kanai banang sahalai". Meskipun seabreg kata-kata untuk menggambarkan kondisi beliau, Pak R menurut saya sangat tidak pantas menerima embel-embel tersebut. Bagaimana tidak sahabat, seorang yang "disebut minus" itu begitu TERAMPIL dan TELATEN mengatur lalu lintas di jembatan tsb. Mohon maaf, saya menduga sahabat sepakat bahwa polisi yang sebenar polisi, atau polisi sungguhan saja TIDAK MAMPU meniru KETELATENAN beliau. Bahkan saya sekarang bertanya, apakah Sahabat bersedia melakukan hal yang sama dengan beliau, dengan status polisi polisian, bertugas membantu pekerjaan polisi sungguhan mengatur lalu lintas, atau apapun pekerjaannya, siang sampai sore dan tanpa pamrih? Sejujurnya hampir kebanyakan kita NGAK KUAAAAATTT !!!! Hehehe . Kalau untuk yang satu ini, Pak R deh jagaonnya...... hehe.......

Saya masih teringat suatu ketika, ketika mobil saya melewati jembatan tersebut, beliau berkata "Pak, hati-hati ! Ado lubang saketek". Artinya, "Pak, hati hati ! Disana ada lubang", sambil menunjuk ke arah bagian tengah jembatan yang ambruk akibat truk fuso yang saban hari lewat dengan muatan sawit yang berton-ton itu. Yang membuat saya terharu, beliau menuturkan kata-kata itu dengan bahasa tubuh yang sangat halus, ketika beliau menujuk jembatan, tapi bukan dengan telunjuk lhoo, tapi dengan jempol tangan kanan sambil sedikit tubuhnya miring ke depan, persis ketika kita melihat saudara di Jawa ketika mengucapkan kata "Monggooooo", dengan jempol tangan yang diayunkan. Sejenak saya berpikir "SubhanaAllah, Ya ALLAH..... bagaimana mungkin seorang manusia seperti beliau, yang kata sebagian orang "bermasalah" tersebut, tapi begitu sopan dalam tutur kata dan sikap (attitude)"? Pertanyaan-pertanyaan lain mengalir deras ke otak saya, sambil tidak hentinya nyebut keagungan penciptaNya.

Sahabat pembaca, setelah kejadian tersebut saya sering berpikir, dan pengalaman tsb saya sampaikan sebagai renungan di beberapa kegiatan Training/Pelatihan "Self Empowerment" yang saya adakan. Berangkat dari sebuah pertanyaan klasik, dalam konteks spritual "MAN ANA? WHO AM I...? SIAPA SAYA.....? Berdasarkan pendekatan NLP dan Hypnotherapy yang telah saya pelajari di berbagai training yang saya ikuti baik dari guru-guru langsung maupun guru-guru imajiner saya, saya memiliki sebuah kesimpulan, bahwasannya di dalam diri setiap manusia memiliki parts-parts (bagian-bagian) yang saling terhubung satu sama lain, dan masing-masing parts memiliki sebuah KOMPETENSI. Kompetensi tersebut dihubungkan oleh jalinan saraf saraf yang apabila distimulus dengan suatu aktivitas tertentu, sebagai olahan dari pikiran, emosi dan fisik, maka akan memunculkan suatu prilaku. (Waah kalau materi khusus ini hanya akan Sahabat  dapatkan dalam kegiatan training NLP atau Hypno), karena tidak cukup untuk kita diskusikan disini.

Berdasarkan kepada cerita di atas, Bapak R mewakili  suatu kondisi pengalaman seorang manusia yang sedang menjalankan kompetensinya sebagai seorang manusia. Kompetensi diri yang kita miliki sangat bergantung dengan apa yang sering kita LIHAT, DENGAR dan RASAKAN. Sejauhmanakah hal-hal yang kita LIHAT, DENGAR dan RASAKAN tersebut melahirkan kompetensi diri, selanjutnya memberikan pengaruh positif terhadap DIRI SENDIRI, bermanfaat untuk ORANG LAIN, teristimewa terhadap ZAT YANG MENCIPTAKAN DIRI.  Sosok Pak R bagi saya adalah sosok teladan, sosok manusia terampil, sosok manusia yang mencintai dirinya sebagaimana dia mencintai Tuhannya.... SUBHANAALLAH.....SEMOGA saya dan Sahabat FB bersedia memodel beliau untuk aktivitas kehidupan yang memerlukan KOMPTENSI DIRI. Dalam bahasa agama, seringkali Ustaz menyampaikan 'LAKUKAN DENGAN HATI......."

Pak R sebagai bintang cerita dalam note ini telah SUKSES dalam episode kehidupan yang dibintanginya. Terkadang kita sebagai manusia lebih sering menilai orang lain..... terlupa melihat ke dalam diri. Semakin melihat ke dalam, maka cahayanya akan memantul keluar. Seperti iklan di TV itu lhoo.....Let's begin from inside, not from outside". Udah deeh....... capek ngomongin orang, ngomongin masa lalu orang, ngomongin prilaku orang....... NOW..... Ngomongin diri deh.....

#SalamPlong

MEDIYA PUTRA
Trainer, Terapis, Mediator
Komunikasi Hati Inst

BERKOMUNIKASI MELIBATKAN PIKIRAN, PERASAAN DAN TUHAN



Belakangan saya menjadi sangat berhati-hati dalam menyampaikan sebuah maksud, pesan atau informasi. Bahkan dalam berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal saya lebih berusaha seefektif dan semaksimal mungkin menjadi orang yang “menyenangkan” bagi orang yang saya temui. Dan sebagai Muslim saya melakukan itu  dengan “niat” yang tulus dan ikhlas. Begitu juga saya tidak mempedulikan respon dari mereka, apakah mereka berpikir saya pura-pura baik, cari perhatian atau memang punya iktikad baik. Bahkan ketika saya menulis tulisan ini, dan pembaca menilai bahwa tulisan saya ini apakah ada maksud tertentu atau apapun. Begitulah pikiran, begitu liar, begitu bebas mengapresiasikan semua realitas sesuai dengan selera masing-masing.

Inti dari berkomunikasi sebagaimana yang saya pelajari di NLP dan Hypnosis adalah bagaimana kita mempengaruhi orang lain dengan cara elegan dan menggunakan pattern tertentu agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Ada teknik “pre induction” atau “building rapport”, yang  saya pahami tidak hanya digunakan ketika proses hypnotherapy  atau dalam sesi terapi saja. Tapi dalam konteks yang lebih luas, dalam komunikasi harian pun setiap saat saya gunakan, dan saya yakin sekali Pembaca juga melakukannya baik yang pernah belajar NLP-Hypno atau pun bukan. Dalam sesi dakwah, ceramah atau khutbah, saya juga gunakan teknik ini untuk membantu jama’ah dapat menyerap apa yang akan saya sampaikan. Teknik-teknik lainnya seperti “utilisasi” yang pernah saya gunakan ketika berdo’a dalam sebuah perayaan kenegaraan.

Pemanfaatan teknik-teknik berkomunikasi dalam NLP-Hypno yang saya sebutkan di atas dalam konteks mono-communication. Artinya, saya yang berperan dalam berkomunikasi, dan orang lain sebagai pendengar, klien atau peserta kegiatan training, seminar, diskusi dsb. Nah, yang akan saya ungkapkan ini sangat berhubungan dengan “bagaimana” Anda menyampaikannya, bukan “apa” yang Anda sampaikan. Artinya, dalam berkomunikasi “respon” orang lain terhadap kita bergantung dari “bagaimana” Anda menyampaikannya”, karena secara verbal persepsi orang terhadap “apa yang disampaikan” hanya berkisar 7 %. Sementara itu, pengaruh non-verbal (bahasa tubuh) 55 % dan intonasi (ritme) suara sebesar 38 %. Nah, dalam konteks non-verbal kalau digabungkan bisa mencapai 93 %. Coba Pembaca bayangkan, sekiranya meniru gaya Olga lagi ngebanyol sama Rafi “Eh.......dasar lo ye.....nggak gaul gitu loooo......” dengan intonasi mendayu dan bahasa tubuh ala Olga yang sangat ayu untuk seorang laki-laki tulen. Lucunya Pembaca, si Rafi yang mendengarkan, tertawa terbahak-bahak, dan membalas dengan perkataan yang tidak kalah lucu dan menyebalkan bagi kita yang tidak masuk dalam “state” mereka. Coba Pembaca bayangkan, sekiranya kata-kata si Olga diucapkan oleh orang lain bahkan orang dekat Anda, tapi dengan intonasi menghardik dan melipat dahi. Dipastikan terpesona dengan kejengkelannya bukan?? Bahkan kata-kata baik pun, seperti pendakwah, yang lebih berfokus pada verbalisme, intonasi yang menggelegar dan tidak pernah turun, serta bahasa tubuh yang mengarahkan jemaah sebagai terdakwa, bisa dipastikan jemaahnya kabur, blocking dan punya citra yang kurang baik terhadap oknum pendakwah tersebut.
Dalam konteks komunikasi ada beberapa pola NLP Presupposition “the mind, body are one system, and affect each other”, (Pikiran dan tubuh adalah satu sistem, dan saling mempengaruhi satu sama lain). atau “People respond according their map” (Orang merespon sesuatu berdasarkan peta pikiran mereka) dan  “the map is not the territory” (Peta bukan wilayah). Sebagai Seorang Pembelajar, terkadang saya sendiri belum memahami secara utuh tentang bagaimana mengaplikasikan presupposisi ini dengan baik sesuai dengan tujuan dan pemanfaatnnya. Bahkan sesuai dengan penjelasan dari guru saya Bapak Arlin Teguh Ardani, pemanfaatan pattern NLP tidak boleh sebagian-sebagian, harus integral. Di dalam NLP kita juga mempelajari tentang state, Neouro Logical Level, Representational System, Submodality dsb.

Berdasarkan yang saya amati, pemanfaatan teknik-teknik di NLP dan Hypno yang memang saling berkaitan tersebut, bahwa di dalam NLP ada Hypno-nya, di dalam Hypno ada NLP-nya, namun saya lebih fokus kepada persoalan state (kondisi pikiran dan perasaan), yang justeru dalam berkomunikasi lebih banyak mengedepankan kondisi pikiran. Lalu bagaimana perasaan? Dalam bahasa Bapak Ikhwan Sofa, dalam managemen pikiran dan perasaan, ternyata ditemukan di dalamnya kompetensi-kompetensi yang beraneka ragam dan saling berhubungan. Saya mengibaratkannya  yangs aseperti tali temali jaringan kabel komputer atau jaringan listerik yang saling mengeluarkan arus energi. Maka saya sangat setuju dengan Pak Ikhwan Sofa, keterlibatan pikiran dan berkomunikasi semestinya juga mempengaruhi keterlibatan perasaan. Untuk materi yang terakhir, sepertinya saya harus berguru langsung dengan Pak Ikhwan Sofa, InsyaAllah.

Untuk itu, satu hal yang saya yakini, mencukupkan diri dengan teknik-teknik NLP-Hypno saja untuk merespon sebuah komunikasi yang saling memberdayakan tidak hanya berkutat di wilayah pembentukan “mind startegy” saja, tapi juga soul, jiwa. Saya teringat dengan firman Allah SWT Q.S.4: 63.........................dan berkatalah kepada mereka dengan pembicaraan yang berbekas pada “jiwa” mereka”. Berbekas pada jiwa, begitu indahnya untaian kalam Allah untuk memberikan rangsangan sprituil kepada kita dalam berkomunikasi.

Saling menghargai, saling memotivasi, saling memberi, saling menebar manfaat. Berkomunikasi itu haruslah menggunakan pattern “salingisme”, atau dalam bahasa Arab “mufa’alah”, tergantung apakah Anda mencari sendiri saling itu, atau menjemputnya. Karena itu, seperti kata guru saya Abi Ceekha Sev, dalam berkomunikasi libatkan “hati”, jiwa, spirit ilahi. Saya pernah berkenalan dengan seorang  teman seorang yang sangat ‘alim sekali, sholat nya terlihat sangat khusyuk, ketika pertama kali bertemu saya melihatnya justeru lebih jarang bergaul/berkomunikasi dengan sesama. Bahkan sebagian teman di sekitar mencapnya alim kok sombong. Tapi, saya punya cara pandang lain, beliau justeru terlalu komunikatif dengan Tuhan. Sedikit merespon kawan saya yang jarang berkomunikasi dengan Tuhan.

Hal yang perlu saya sampaikan dalam tulisan ini adalah, berhati-hatilah dalam berbicara  dan berkomunikasi. Bila terlanjur atau lupa atau sama sekali atau tidak berpikir apa-apa, InsyaAllah hati dan jiwa kita akan menuntun untuk perbaikan-perbaikan diri. Karena dalam setiap huruf yang kita ucapkan akan dilihat, didengar dan direkan oleh Allah SWT. Tuhan pun ikut dalam komuniaksi kita. Hindarilah mencap Saudara yang kurang komunikatif dengan bahasa munafik, sensitif, kuper, kuser (kurang serius), atau seabrek sitilah lainnya. Biarlah Allah SWT yang berhak mencap orang, sama halnya saya tak berani menilai Anda dengan orang yang berhati mulia. Kemuliaan dan keutamaan sepenuhnya titel dari Allah Ta’ala. Tugas saya dan kita semua “saling meningatkan”. INSYA ALLAH.....

Wassalamu’alaikum wrwb......

#SalamPlong

Mediya Putra
Trainer, Terapis, Mediator
Komunikasi Hati Inst



The Power of PLONG (How to Connect Your Mind, Soul and Body To Make The Miracle in Your Life)


Sebuah blog yang berisikan tulisan, artikel dan hasil pembelajaran dan pengalaman penulis, baik secara langsung (learning by direct experience) maupun tidak langsung (learning by undirect experience). Penulis telah melakukan eksplorasi keilmuan ini melalui para guru, trainer, motivator handal baik yang berlisensi nasional maupun internasional. Semua hal di atas penulis deskripsikan dari pendekatan ilmu ilmu pemberdayaan diri seperti Hypnotherapy, Hypnosis, Neuro Lingusitic Programming (NLP), Quantum Vibrasi yang disinergikan lebih dalam melalui pendekatan spritual yang berbasis kepada kitab suci al-Qur'an dan Hadits.

Adapun blog ini penulisadaptasi dari kegiatan training yang penulis selenggarakan. Penamaan atau istilah The Powerof PLONG ( T POP ), dimaksudkan untuk memudahkan setiap orang yang tertarik dengan dunia pengembangan diri untuk mengenal lebih dalam sumber daya yang terdapat di dalam dirinya, selanjutnya merumuskannya dalam bentuk tindakan tindakan sukses yang menjadi impiannya.

Karenanya, The Power of PLONG berorientasi kepada seni berkomunikasi ke dalam diri sendiri, bagaimana mengelola hati dan pikiran, melakukan terapi diri, menemukan pola pola pembelajarannya, selanjutnya dimaksudkan dapat melakukan transfer skill (keerampilan diri) membantu orang lain untuk keluar dari kondisi tidak berdayanya. Diharapkan dapat menginspirasi setiap pribadi yang merindukan sukses sejati lahir bathin.

Mediya Putra
Trainer, Terapis, Mediator